Home » » HIJRAH UNTUK PERUBAHAN

HIJRAH UNTUK PERUBAHAN

Oleh : Zaky al Hamzah

Sebentar lagi Tahun 1429 H akan segera meninggalkan kita, dan di hadapan segera menghadang 1430 H yang penuh tantangan. Banyak harapan yang terpancang agar tahun 1430 H lebih baik dari tahun-tahun sebelumnya. Apalagi bagi seorang Muslim, di mana setiap waktu setiap saat harus dalam keadaan yang lebih baik dibandingkan waktu-waktu yang telah lampau.

Memang, momentum pergantian tahun sebaiknya dimanfaatkan dengan benar sebagai sarana untuk membuat diri lebih baik lagi untuk masa yang akan datang. Sebagai ummat Islam menyadari makna Hijrah yang telah dilakukan oleh Nabi SAW, maka selayaknya kita dapat mengambil hikmah dan manfaatnya. Lebih dari itu kita juga dituntut dapat meneladani sikap dan perbuatan Nabi SAW sebagai contoh manusia terbaik yang pernah ada di muka bumi ini.

Menyambut datangnya tahun Hijriah tentu tidaklah seperti orang-orang di luar Islam, misalnya dengan berbagai pesta pora, hura-hura, panggung hiburan penuh ikhtilat dan maksiat, serta berbagai kegiatan mubadzir dengan biaya yang sangat mahal. Datangnya tahun yang baru seharusnya dijadikan sebagai momentum evaluasi (baca – Muhasabah) bagi setiap insan, karena ini sebagai tanda yang Alloh berikan bagi orang-orang yang berakal. Maksudnya, akankah tahun yang akan datang dapat diisi dengan sesuatu yang lebih baik lagi atau justeru sebaliknya. Sehingga kita dituntut untuk memiliki cara dan sikap yang menjunjung tinggi ajaran wahyu dan menyambutnya dengan cara dan sikap yang berbeda dengan cara dan adat orang lain.

Budaya yang mulai hilang sekarang ini adalah, kebiasaan Ummat Islam untuk saling mengucapkan SELAMAT TAHUN BARU HIJRIAH, yang berakibat Ummat Islam tidak bangga dan lupa dengan tahunnya sendiri. Ini terjadi karena ummat Islam terlalu lama “terjajah” dan membesar-besarkan penggunaan kalender Masehi dibandingkan tahun Hijriah dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini menyebabkan Ummat Islam hanya mengenal beberapa bulan saja dalam tahun Islam, yaitu Ramadhan, Syawal dan Dzulhijjah. Bila hal ini terus berlanjut, maka dikhawatirkan Ummat ini bukan saja dijauhkan dari kalender dan tahunnya, tetapi juga dijauhkan dari ajaran Islam itu sendiri. Untuk itu harus ada usaha untuk “hijrah” kembali kepada Islam dan meminimalisir bahkan menghilangkan pengadopsian dari orang kafir.

Khusus bagi bangsa kita, dengan jumlah Muslim terbesar, maka momentum Hijrah kali ini seharusnya dapat dimanfaatkan untuk merenungkan kembali eksistensi bangsa Indonesia di titik paling nadir. Berbagai permasalahan yang muncul bagi bangsa ini bisa jadi karena bangsa ini terlalu jauh dari Islam dan Tuhannya. Akibatnya tidak heran bila muncul berbagai kejadian buruk bagi bangsa ini.

Untuk itulah, hijriah yang diperingati oleh umat Islam dan juga bangsa Indonesia kali ini diharapkan dapat menjadi refleksi panjang untuk melakukan perubahan yang sebenarnya, yang subtantif, produktif dan populistik. Lebih mengedepankan kesejahteraan rakyat dan memperhatikan permasalahan-permasalahan warganya, dibandingkan kekuasaan sebagian kelompok saja. Hijrah kali ini mudah-mudahan dapat membuat bangsa ini lebih “beradab dan berdaulat” di mata bangsa manapun, karena Hijrah adalah Perubahan Ke Arah Yang Lebih Baik. Wallohu A’lam.

0 komentar:

Live Streaming

Radio Suara Muslim